Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako menghadiri pembukaan dua festival budaya besar di Prefektur Nagasaki pada hari Minggu, menandai hari terakhir dari kunjungan resmi mereka selama tiga hari ke wilayah tersebut. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mendukung dan merayakan aktivitas budaya masyarakat Jepang, sekaligus mengenang peristiwa sejarah penting.
Tahun ini, Prefektur Nagasaki menjadi tuan rumah Festival Budaya Nasional serta Festival Seni dan Budaya bagi Penyandang Disabilitas, yang akan berlangsung hingga 30 November 2025. Acara ini memberikan ruang bagi warga dari berbagai latar belakang untuk menunjukkan hasil kegiatan seni dan budaya yang mereka tekuni sehari-hari.
Dalam sambutannya, Kaisar menyampaikan bahwa penyelenggaraan festival ini memiliki makna mendalam, terutama karena bertepatan dengan peringatan 80 tahun tragedi bom atom di Nagasaki. Ia menyampaikan apresiasi dan rasa hormat kepada semua pihak yang terlibat dalam pelestarian dan pengembangan budaya di tengah masyarakat.
Kaisar dan Permaisuri juga menyaksikan berbagai penampilan, seperti lagu, tarian, dan pertunjukan teater yang menyoroti sejarah panjang Nagasaki serta harapan masyarakatnya akan perdamaian. Setelah pertunjukan, mereka menyempatkan diri untuk berdialog dengan para peserta, termasuk salah satu siswa SMA, Takada Kenshiro, yang aktif sebagai “duta perdamaian”. Kaisar mendorongnya untuk terus menyebarkan pesan damai kepada generasi muda. Putri mereka, Putri Aiko, turut serta dalam dua hari pertama kunjungan. Selama di Nagasaki, keluarga Kekaisaran melakukan berbagai kegiatan penghormatan, termasuk menaburkan bunga di Taman Perdamaian Nagasaki, bertemu dengan penyintas bom atom, serta berbicara dengan anak-anak muda yang mewarisi dan menyampaikan kisah para penyintas yang sudah lanjut usia.
sumber: nhkworld
Kunjungan ini menjadi penutup dari serangkaian perjalanan Kaisar dan Permaisuri ke sejumlah wilayah di Jepang dalam rangka memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, sekaligus untuk mengenang para korban perang dan meneguhkan pesan perdamaian melalui budaya.